Rabu, 27 November 2013

The Secret of success



Pada saat saya membaca bukunya John C. Maxwell yang berjudul “The 15 invaluable laws of growth” yang sangat menginspirasi. Dibuku itu dituliskan “The secret of your success is found in your daily routine”. Setelah saya membaca tulisan tersebut, saya merasa seperti di tampar dengan keras sekali. Karena selama ini saya membiasakan diri untuk membuat agenda, itu sudah saya lakukan sejak lama, saya mengatur waktu saya sendiri untuk membuat janji. Saya tidak pernah meminta tolong orang lain untuk mengatur agenda saya. Kalau orang lain yang mengatur agenda saya berarti kehidupan saya akan diatur oleh orang lain. Jadi kadang saya tidak mengerti pada teman saya yang mungkin mempunyai posisi cukup tinggi, pada saat saya mau membuat janji akan dikatakan nanti saya minta sekretaris saya untuk membuat janji. Pada awalnya saya sering bertanya apakah memang kalau orang sudah sukses harus meminta orang lain untuk mengatur agendanya ?
Saya boleh berbangga pada saat saya membaca buku tersebut karena saya sudah mulai mengatur agenda saya, jadi kalau ada manager yang akan membuat janji dengan saya pasti mereka bertanya pada saya kapan saya punya waktu untuk janjian dengan si Anu ?.
Selanjutnya di buku tersebut dituliskan kita memerlukan waktu untuk mereview agenda kita setiap hari, setiap minggu, dan setiap tahun. Sebetulnya ini yang membuat saya flashback lagi, karena selama ini saya tidak pernah melakukan review terhadap penggunaan waktu saya, karena saya berprinsip apa yang telah lewat tidak dapat diubah lagi. Tetapi John Maxwell berpendapat berbeda, tujuan review adalah untuk melihat apakah pekerjaan yang dilakukan di masa lalu itu ada hal hal yang dapat diperbaiki lagi ? apakah penggunaan waktunya sudah efisien ?

Bagaimana kita dapat mereview waktu kita ?
Kemudian pertanyaan berikutnya yang muncul dibenak saya pada saat saya membaca buku tersebut adalah, bagaimana caranya mereview waktu yang telah saya gunakan ? apakah efisien atau tidak ?. Seringkali saya mengamati orang-orang yang cukup berhasil menurut ukuran saya, dan saya mulai mencoba menirukan apa yang mereka lakukan, ternyata apa yang dilakukan orang lain sukses, belum tentu kalau kita lakukan bisa sukses juga, karena faktornya banyak sekali. Seperti dituliskan dibuku tersebut “Don’t try to simply adopt someone else’s practices as your own”.
Kembali lagi ke pertanyaan semula, jadi bagaimana kita bisa menilai bahwa apa yang kita kerjakan benar atau tidak, dan kita tidak bisa juga mencontoh orang lain begitu saja. Setelah saya membaca lebih jauh lagi, saya menemukan jawabannya, ada pada goal atau tujuan hidup kita, karena setiap manusia mempunyai tujuan yang berbeda, maka cara yang dilakukan harus berbeda. Itu sebabnya cara yang satu dapat berjalan baik untuk orang tertentu tetapi cara yang sama tidak berjalan dengan baik bila dilakukan oleh orang lain. Dibuku tersebut dikatakan kita harus mempunyai big picture, dan pekerjaan yang tidak membawa kita ke big picture tersebut harus diberikan prioritas yang paling rendah.  Jim Rohn salah seorang leadership guru yang cukup disegani mengatakan “If you go to work on your goal, your goal will go to work on you. If you go to work on your plan, your plan will go to work on you. Whatever good things we build end up building us”
Dari gambaran besar hidup yang kita inginkan ini, dapat digunakan untuk memberikan prioritas terhadap waktu yang kita gunakan, dan tentunya mempunyai ukuran sampai dimana perjalanan kita untuk menuju ke gambaran besar hidup kita itu.

Apa yang saya dapatkan
Setelah membaca buku tersebut, saya mendapatkan bahwa kalau saya ingin lebih cepat lagi mencapai ke gambaran besar hidup saya, saya harus mau secara persisten untuk mereview waktu saya. Apakah yang telah saya lakukan dapat membawa ke tujuan hidup saya ? mana yang harus saya tambahkan dan mana yang harus dikurangi. Dalam membuat gambaran besar, tentunya kita harus mempunyai prioritas yang benar juga tidak dapat di balik-balik. Prioritas yang benar menurut apa yang saya yakini adalah Tuhan, Keluarga dan Bisnis. Kepentingan bisnis tidak dapat mengalahkan kepentingan keluarga, dan tentunya Tuhan menjadi nomor satu. Walaupun saya sering melihat definisi dari kepentingan untuk Tuhan ini agak keliru, tetapi saya tidak akan membahas di blog ini, karena setiap orang mempunyai haknya sendiri-sendiri dalam berhubngan dengan Tuhan.

Kamis, 21 November 2013

The Power of A Dream



Pada suatu hari saya berkenalan dengan seorang anak muda, kemudian saya mulai bertanya tentang pekerjaannya, dia adalah seorang designer. Memang kebetulan saya sedang mencari seorang designer, maka saya mulai bertanya lebih jauh, tentang kerjanya dimana dan pengalamannya bekerja. Pada saat menceritakan pengalamannya bekerja dia sangat antusias sekali, saya melihat semangatnya di matanya yang sangat ber binar-binar. Pada saat menyodorkan kartu namanya dia mengatakan bahwa dia juga sudah mempunyai team sendiri untuk mengerjakan proyek proyek design serta Event Organizer. Terlihat dari mata dan bahasa tubuhnya dia sangat bangga dengan apa yang sudah dia capai.

Yang membuat saya terperanjat adalah pada saat dia mulai menceritakan awal karirnya, dia adalah seorang Office Boy di Perusahaan Penyedia Design, dan setiap malam setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya, dia mulai belajar komputer dengan mengamati bagaimana mendesign dengan menggunakan komputer. Sekarang ini dia sedang melanjutkan kuliahnya di S1 komunikasi di perguruan tinggi yang cukup lumayan baik.

Bagaimana dia dapat meraih impiannya ?
Pada suatu hari dia diberi buku oleh bosnya yang judulnya the secret, dan setelah membacanya dia mulai mempraktekan apa yang ditulis didalam buku tersebut. Dia mulai menggambarkan impian yang ingin di raihnya. Ada beberapa impian yang dia ceritakan pada saya, seperti ingin mempunyai motor sendiri, ingin umroh, ingin mempunyai perusahaan sendiri dan ingin melanjutkan kuliah lagi.
Pada saat saya tanyakan tentang impiannya dia dapat menceritakan secara detail apa yang ingin dia dapatkan. Kemudian dia berkata ada beberapa impian yang sudah dia centang, artinya sudah terwujud, seperti sepeda motor, sudah melakukan umroh, sedang merintis usaha sendiri dan sekarang ini sedang melanjutkan kuliahnya.
Memang benar orang jarang menulis impiannya, dan pada saat saya membaca hasil research mengatakan bahwa orang yang menulis impiannya hanya 3 %, dan mereka yang menuliskan impiannya hidupnya sangat makmur.

Apa yang saya dapatkan
Setelah saya selesai berbicara dengan anak muda ini saya belajar banyak dari kehidupan dia, kemudian saya mulai bertanya apakah yang membuat anak muda ini berhasil  mulai dapat menuai mimpi mimpinya ? saya juga punya teman yang menuliskan impiannya, tetapi kehidupannya tidak terlalu banyak berubah. Kemudian saya teringat kata-kata Jim Dornan “Orang yang mempunyai dream belum tentu berhasil, tetapi orang yang berhasil sudah tentu mempunyai dream”.
Keberhasilan dapat diraih dengan kerja keras semua ada harga yang harus dibayar, tetapi kerja keras seperti apa yang harus kita lakukan ?
Saya sering mendengar di lingkungan teman saya yang mengatakan bahwa untuk mempunyai usaha yang besar, kita harus berpikir seperti pengusaha besar dulu baru bisnis kita akan besar. Jadi perubahan pola pikir menjadi penting dalam kita meraih keberhasilan. John C Maxwell mengatakan dalam bukunya bahwa motivasi membuat kita bergerak dan disiplin membuat kita bertumbuh.
Anak muda yang saya temui ini sangat disiplin sekali, setiap malam setelah selesai kerja, tanpa mengenal lelah dia belajar menggunakan komputer untuk belajar design. Disiplin yang tinggi akhir nya membuahkan hasil. John C Maxwell dalam bukunya yang berjudul “The 15 invaluable laws of growth”. Small disciplines repeated with consitency every day lead to great achievements gained slowly overtime

Kamis, 14 November 2013

Ketika uang menjadi tujuan



Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan teman lama saya, dia bekerja sangat rajin sekali. Untuk menambahkan penghasilan yang lebih besar lagi dia melakukan pekerjaan sambilan diluar jam kantornya. Kemudian mulai bercerita bahwa kehidupan dia makin berumur makin berat, kebutuhan hidup makin lama makin meningkat, dan kerja keras yang dilakukan selama bertahun-tahun tidak seolah olah tidak terlihat hasilnya.
Kalau saya lihat rumahnya dan gaya hidupnya juga tidak terlalu jelek, artinya rumah cukup baik seperti golongan rata rata pada umumnya, dan isi rumahnya juga cukup modern. Anak anaknya sekolah di tempat yang cukup baik.

Apakah setiap orang mempunyai nasib tersendiri ?
Lalu temanku ini bercerita tentang teman lainnya dikantor, bahwa dia mempunyai kolega di kantor yang mulai bekerja di kantor tersebut berbeda hampir dua tahun dimana temanku itu lebih dahulu masuk kantor. Ternyata teman dari temanku tersebut karirnya jauh lebih bagus dibandingkan dengan temanku, dan temanku mulai mengeluh.
Pertanyaannya sebenarnya bukan kenapa temannya bisa mempunyai karir yang sama, padahal dari segi kemampuan tidak jauh berbeda boleh dikatakan sama, dan dari pengalaman tentunya temanku itu lebih lama dua tahun daripada temannya. Kemudian saya mulai bertanya beberapa pertanyaan pada temanku ini. Ternyata selepas bekerja di kantor temanku ini mencari pekerjaan lain untuk menambah hasil, dan memang terbukti secara cepat dia mempunyai tambahan penghasilan karena bekerja extra.
Sedangkan teman dari temanku ini dia mulai belajar mengembangkan diri, dengan membaca buku. Dia mau menyisihkan uangnya untuk membeli buku, dan mengikuti seminar yang bermanfaat untuk pengembangan diri. Pergaulan juga lebih luas, kemudian tekun mempelajari pekerjaan yang di berikan oleh atasan. Pengembangan diri yang dilakukan selama beberapa tahun mulai menghasilkan, dia mulai di promosi, kemudian tanggung jawabnya di tambah lagi.

Mencari Sumber Uangnya
Temanku itu lupa bahwa dengan uang menjadi tujuan, maka dia lupa mencari sumber uangnya. Artinya dari mana uang itu berasal, tentunya kalau kita bekerja maka kita menjual kompetensi yang kita miliki, maka kita harus meningkatkan kompetensi kita. Caranya dengan belajar dan mempraktekan apa yang kita pelajari, kalau hanya dengan belajar dari teman yang lebih senior dan juga membaca buku, kalau tidak di terapkan maka kita tidak akan mendapatkan skill, yang kita dapatkan hanyalah pengetahuannya saja. Sedangkan untuk berhasil kita harus mempunyai pengetahuan dan skill dan menurut Stephen Covey perlu Desire.
Teman dari temanku ini tahu persis bahwa untuk dapat melipat gandakan penghasilan akan lebih baik menaikan pendapatan perjam bukannya menambah jam untuk meningkatkan penghasilan. Karena dengan meningkatkan jam untuk menambah penghasilan, waktu yang kita miliki sangat terbatas. Kalau kita dapat meningkatkan pendapatan perjam, maka jumlah jam kerja yang sama akan mendapatkan yang lebih besar lagi. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat meningkatkan penghasilan perjam ? tentunya dengan menambah skill kita sehingga tarif per jam bisa lebih tinggi. Yang lebih baik lagi adalah dengan melakukan kerja sama sehingga kita dapat meningkatkan penghasilan perjam secara exponensial.
Sama halnya dalam mengembangkan bisnis, kita harus tahu dalam bisnis yang kita jalankan sumber uangnya dari mana, kalau kita dapat mengetahui sumber uangnya maka bisnis kita akan menjadi besar. saya mempunyai seorang teman yang dulunya adalah seorang profesional, kemudian dia mulai mengembangkan bisnis retail kebutuhan rumah tangga. Modal didalam bisnis retail tentunya cukup besar karena harus menyediakan infrastruktur yang cukup mahal. Kemudian temanku ini bekerja sama dengan produsen yang mana produsen tersebut mau membantu dalam hal distribusinya, sedangkan pekerjaan temanku ini membuka pasarnya. Sekarang ini bisnisnya besar sekali, bahkan dapat menyekolahkan anaknya diluar negeri di sekolah yang sangat baik. Pada awalnya temanku ini bekerja keras, dan pada saat awal membangun bisnisnya temanku ini tidak melihat hasil dari kerja kerasnya. Tetapi temanku ini tahu apa yang sedang dibangun, dan memang benar sekarang ini temanku sudah menikmati kesuksesan hasil kerja keras.
Saya pernah lihat di youtube bahwa orang yang berani menunda kenyamanan akan berhasil dalam hidupnya. http://youtu.be/Yo4WF3cSd9Q