Setelah empat puluh tahun berlalu
saya melihat kehidupan teman-temanku ada yang berhasil menjadi tentara,
politisi, dan juga ada yang menjadi buruh pabrik, supir dan Ibu rumah tangga. Rata-rata
dari mereka tergolong dengan kategori pandai di kelas. Pada saat saya melakukan
perenungan tentang arti hidup, dan saya flashback kebelakang ternyata banyak
teman-teman ku yang mempunyai cita-cita luar biasa tingginya pada saat itu,
sehingga saya kagum, setelah empat puluh tahun lebih berubah total,
cita-citanya yang setinggi langit itu kandas dan hilang ditelan bumi. Hal ini
yang memberikan banyak pertanyaan dalam diri saya, dan pikiran saya mulai
me-layang-layang dan ber-andai-andai.
Apakah temanku yang menjadi buruh di pabrik yang sekarang sudah mulai pensiun
dianggap berhasil ? karena dia sudah dapat menyekolahkan anaknya sampai
ketingkat perguruan tinggi ? Apakah seandainya temanku itu mendapatkan
kesempatan untuk belajar lebih tinggi lagi akan berbeda hidupnya ? Bila
teman-temanku ada dilingkungan yang berbeda apakah mereka akan mempunyai
kehidupan yang berbeda pula ?
Ukuran keberhasilan
Setiap orang mempunyai cita cita
yang berbeda, apakah keberhasilan diukur kalau seseorang dapat mencapai
cita-citanya ? Dari beberapa teman yang
beberapa tahun yang lalu mempunyai cita-cita tertentu dan sekarang telah
mendapatkannya, maka mereka merasa bahwa itu adalah keberhasilan.
Sekarang ini sudah menjadi ukuran
umum, bahwa keberhasilan selalu diukur dengan berapa barang yang dimiliki,
berapa besar rumah yang dimiliki, dan mobil apa yang digunakan ?. Setiap orang
ingin sekali dianggap sukses didalam hidupnya, dan kalau lingkungan menilai
bahwa kebendaan diatas sebagai ukuran kesuksesan maka sekarang banyak sekali
orang yang berlomba-lomba mengejar simbol kesuksesan diatas dengan segala cara.
Tidak ada jalan pintas
Peter F. Drucker didalam salah satu
bukunya mengatakan bahwa uang adalah merupakan reward/imbalan terhadap apa yang
kita lakukan. Sehingga pada saat kita melakukannya dengan baik dan benar maka
kita akan mendapatkan rewardnya. Saya teringat akan suatu cerita kepompong,
pada suatu ketika ada seorang anak yang sedang melihat kepompong yang akan
menjadi kupu-kupu, dia melihat kepompong tersebut bergelut untuk dapat keluar
dari kepompongnya yang lubangnya sangat kecil, sehingga terlihat sangat sulit
untuk dapat keluar dari kepompong tersebut. Kemudian anak tersebut mempunyai
suatu ide, untuk membantu kepompong agar dapat dengan mudah keluar dari
kepompongnya, maka diambilnyalah gunting, dan kepompongnya di gunting, sehingga
sang kepompong dapat keluar dengan mudah.
Apa yang terjadi pada saat kepompong
tersebut keluar ? ternyata perutnya besar, dan bulu untuk terbang tidak
terbentuk, sehingga tidak lama kemudian kepompong tersebut mati. Setelah diselidiki, bahwa pada saat kepompong
tersebut bersusah payah untuk keluar dari kepompongnya. Lubang yang kecil akan
menekan perutnya yang banyak cairan, dan cairan tersebut akan mengalir ke sayap
dan bagian tubuh yang lain, sehingga menjadi kuat dan dapat terbang. Karena cairannya
di tekan maka perutnya pun menjadi kecil.
Dalam hidup manusia juga sama, kita
sering sekali diberikan tantangan dan cobaan yang kadang kita merasa beban
tersebut terasa berat, tetapi kalau kita sudah dapat melewati beban tersebut
kita akan bertumbuh, seperti sayap kupu-kupu yang berasal dari kepompong yang
diberi kekuatan karena dialiri cairan dari perutnya dengan kesakitan yang luar
biasa.
Pengalaman saya pada akhir tahun
2002 dimana perusahaan yang saya bangun sudah terlihat tanda-tanda akan jatuh,
dan titik terendahnya pada tahun 2003. Pada saat itu saya merasakan beban yang
begitu berat, tidak mempunyai jalan keluar, kelihatannya semuanya buntu. Sekarang
saya baru tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana yang sangat indah yang diberikan
kepada saya, dari kejadian tersebut saya mulai menyadari banyak hal, saya mulai
dekat dengan Tuhan, membaca banyak buku, dan mendapatkan teman-teman yang
sangat positif yang dapat mempengaruhi hidup saya lebih baik lagi, rupanya
itulah yang disebut dengan turning point dalam kehidupan.
Belajar, Belajar dan Belajar
Sebelum saya melewati turning point
saya sudah suka membaca buku, sekarang saya lebih banyak lagi membaca buku. Awalnya
pada saat kejatuhan saya berjalan di suatu toko buku di daerah Senayan, dan
saya mendapatkan buku yang menceritakan persis seperti yang saya alami. Pada saat
itu saya berpikir, seandainya saya mendapatkan buku tersebut sebelum saya
jatuh, mungkin saya tidak akan terperosok jauh seperti pada saat itu. Sejak
saat itulah saya mulai banyak membaca buku, dari buku pengembangan diri,
leadership, cerita-cerita sukses perusahaan besar, hampir semua buku besat
seller saya baca.
Kemudian saya mulai mengubah mencari
lingkungan pergaulan yang baru, dan banyak sekali saya melakukan diskusi dengan
teman-teman baru, apa yang saya dapatkan ? saya mepunyai sudut pandang yang baru.
Perubahan sudut pandang banyak membantu saya sekarang ini dalam menyelesaikan
banyak masalah yang terjadi didalam kantor maupun didalam kehidupan. Saya merasa
persoalan yang timbul merupakan ujian untuk naik kelas, dan selalu didalam
kesulitan yang saya dapatkan saya akan mendapatkan sesuatu yang saya tidak
dapat melihat pada saat itu.
Persis seperti yang dikatakan oleh
Einstein, bahwa kita tidak dapat menyelesaikan masalah yang sama dengan
pengetahuan yang sama. Pada saat kita mendapatkan masalah, kita harus dapat
mengembangkan diri kita, agar kita dapat melihat masalah tersebut lebih jelas
lagi. Sehingga setiap kali mendapatkan masalah artinya kita akan dapat
mengembangkan diri kita, dan potensi yang ada dalam diri kita dapat tergali.
Setelah melayang-layang pikiran saya
kembali ke teman-teman saya, dan saya mulai berpikir lagi, seandainya mereka
mempunyai kesempatan untuk dapat bergaul dengan teman-teman yang positif
seperti dilingkungan yang sekarang saya miliki, seandainya mereka mau membaca
buku-buku pengembangan diri yang telah saya baca, Apakah mereka dapat menggali
potensi diri mereka lebih dari seperti apa yang dapat mereka lakukan seperti
sekarang ini ? kembali lagi bahwa hidup ini adalah pilihan, bagaimana kita
memilih dalam menjalani hidup ini. Dan tidak ada jalan pintas, kita perlu
memperjuangkan untuk dapat menggali potensi diri kita. Saya sangat yakin kalau
kita mau membayar harganya, kita pasti dapat menggali potensi diri kita, dan
kemakmuran hanya sebagai upahnya saja.