Perubahan bagi kebanyakan orang
merupakan sesuatu yang dihindari maka kita sering mendengar pepatah “people
resist to change”. Ada seorang teman
saya pada saat jalan yang biasa dia lewati ternyata harus dilebarkan karena
sudah tidak mampu untuk menampung kendaraan, maka arus kendaraan harus
dialihkan, teman saya mulai mengumpat. Karena dia tidak nyaman untuk mengubah
perjalanan dari rumah ke kantor. Dan yang paling sering terjadi perubahan bila
kita bekerja di suatu perusahaan yang sedang berkembang, karena dengan
perkembang perusahaan tersebut akan selalu terjadi perubahan. Maka banyak
karyawan yang tidak nyaman pada saat pekerjaannya berubah, saya merasa perasaan
tidak nyaman ini sangat wajar.
Bila kita mau melihat dari sisi lain
tentang perubahan, ada kata kata yang mengatakan “bila kita melakukan hal yang
sama setiap hari maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang baru, untuk
mengubah hasil yang baru, anda harus mengubah dengan apa yang anda kerjakan
sekarang”. Pada saat kita mengubah suatu
cara yang baru, pasti kita akan mengalami banyak tantangan. Kalau kita dapat
mengatasi tantangan tersebut tentunya kita akan dapat mengatasi
tantangan-tantangan yang lebih besar lagi, Einstein mengatakan bahwa “The
significant problems we face cannot be solved at the same level of thinking we
were at when we created them. You must think new, higher, bolder thoughts to
manage the change that is bombarding your organization in these topsy-turvy
times. You need to become good at tolerating ambiguity and uncertainty. You
must embrace the change”.
Pada saat kita dihadapkan dengan
tantangan baru, tentunya kita harus mencoba sesuatu cara yang baru, dan pada
saat itulah kita akan mengalami banyak hal. Seperti kata-kata Budha “The arrow
that hits the bull’s eye is the result of one hundred misses”, cara yang paling
baik yang kita dapatkan merupkan hasil dari kesalahan-kesalahan yang kita
lakukan. Kalau kita tidak mencoba dengan cara yang baru kita tidak akan
menemukan sesuatu yang baru dan akhirnya kita akan terperangkap di situ-situ
saja, tanpa ada kemajuan didalam hidup kita.
Bila kita menginginkan organisasi
yang terus bertumbuh kita harus dapat menciptakan lingkungan yang dapat
menumbuhkan karyawan, memberikan kesempatan untuk bereksperimen dan bahkan
dalam melakukan kesalahan. Ada hukum lingkungan yang saya kutip dari buku
Leadership Wisdom karangan Robin Sharma mengatakan “A seed grows into a plant
only when the soil, moisture and temperature are favorable “, jadi suatu
organisasi harus dapat menjadi tanah yang subur, memberikan kelembaban dan
temperatur yang sesuai. Setiap biji menghendaki lingkungan yang berbeda untuk
dapat bertumbuh subur, jadi belum tentu biji mangga Indramayu yang sangat enak
dan terkenal akan menjadi enak juga bila ditanam ditempat yang berbeda.
Pengalaman saya di Andal Software
pada saat awal, saya merasa sangat sulit untuk menciptakan suatu lingkungan
yang cocok untuk Andal Software, banyak hal telah dicoba dan tentunya resikonya
juga besar. Tetapi kalau tidak mau mencoba sesuatu yang baru Andal Software
tidak akan tumbuh. Yang saya pelajari pada saat membawa Andal Software ke
posisi sekarang adalah kuncinya adalah saya, sebagai Leader, harus mau berubah
terlebih dahulu. Seperti dikatakan oleh John C Maxwell, bila kita ingin
mendapatkan follower yang nilainya 8, leadernya harus mempunyai nilai 9, sangat
tidak mungkin bila leadernya mempunyai nilai 6 akan mendapatkan follower yang
nilainya 9. Berarti sebagai seorang leader harus mau mengembangkan diri, dan
pada saat mengalamai perkembangan diri banyak sekali pergulatan batin, sakit
hati, tidak nyaman semua akan terjadi. Perlahan lahan kita akan melihat
sesuatunya menjadi berbeda.
Biasanya seseorang mau melakukan
perubahan dalam dirinya secara drastis bila ia mengalami sesuatu, yang sering
disebut sebagai turning point. Banyak cerita bahwa ada seorang wirausaha sukses
yang semula ia adalah karyawan, karena
perusahaannya mengalami kemunduran maka ia diberhentikan dari perusahaannya. Awalanya
dia sangat terpukul, karena tidak mempunyai pekerjaan, tetapi karena
kepepet harus bisa menghidupi keluarganya maka ia perlahan membuka usaha
makanan, dan ternyata usahanya tersebut berkembang dan maju. Turning pointnya
adalah pada saat karyawan tersebut diberhentikan dari perusahaan, dan itulah
awal dia menapaki tangga sukses, tentunya pada saat dia berusaha membuka usaha
makanan banyak hal yang dia hadapi.
Terinspirasi dari buku “Leadership
wisdom from the monk who sold his Ferari, the 8 rituals of the best
leader” karangan Robin Sharma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar