Hari ini tanggal 28 Juli 2010, buku yang ditulis oleh Mas Teguh S. Pambudi diluncurkan oleh Elex Media Komputindo di Kembang Goela Restoran. Peserta yang hadir adalah banyak rekan rekan dari media masa, serta Partner Andal Software dan Client Andal Software, yang telah memberikan kontribusi pada penulisan buku ini. Berikut ini adalah kisah dibalik penulisan buku tersebut
Prolog
Awal perkenalan saya dengan Sdr. Teguh S. Pambudi, terjadi kurang lebih 8 tahun lalu saat beliau mulai meliput Andal Software. Setelah beberapa kali pertemuan, kami jadi sering berdiskusi tentang keadaan industri peranti lunak di Indonesia. Dan pokok bahasannya, biasanya akan mengerucut pada satu hal: bagaimana caranya mengembangkan industri software di Indonesia?
Pada suatu siang di sekitar bulan April 2008, atau beberapa bulan sebelum Andal Kharisma 2009 diluncurkan, Pak Teguh menelepon saya mengajak bertemu. Dalam pertemuan itu, beliau mengungkapkan keinginannya menulis buku dengan tema sentral: bagaimana menjadi seorang technopreneur di bidang software. Yang mengejutkan, ternyata beliau memohon agar Andal Software dapat dijadikan case study-nya.
Saya tidak dapat langsung menjawab permohonannya saat itu. Mengapa? Karena saya tahu bila dijadikan case study berarti Andal Software harus membuka semua yang ada di lingkungan internal termasuk strategi, policy, dan rencana ke depan. Seperti membuka rahasia dapur.
Sungguh ini permintaan yang tidak mudah. Sebagai informasi, kami (Andal Software) sudah mempunyai roadmap sampai tiga tahun ke depan, model bisnis seperti apa yang akan dijalankan, dan strategi apa yang akan digelar untuk mengeksekusinya. Semua itu sudah ada hingga jumlah karyawan serta susunan organisasinya yang mendukung seluruh strategi yang ada.
Permintaan Pak Teguh saya diskusikan dengan tim internal di Andal Software. Pro-kontra pun bermunculan merespons permintaan tersebut. Namun akhirnya, melalui diskusi yang cukup panjang, kami semua di Andal menyetujui untuk membuka semua informasi yang diperlukan Pak Teguh. Pertanyaannya: mengapa kami bersedia membuka diri?
1. Alasan filosofis. Bila banyak yang membaca buku ini, dan kemudian mendorong banyak pelaku industri peranti lunak tumbuh, maka pasar software di Indonesia pun akan menjadi besar. Jelas, buat kami, lebih enak bermain di pasar yang besar dibandingkan bermain di pasar yang belum tumbuh. Apalagi, mission statement kami sebagai perusahaan adalah “Helping Others Grow”. Untuk memenuhi misi tersebut, pastinya kami mengharapkan dapat membantu pertumbuhan industri peranti lunak di Indonesia. Dalam konteks ini, menerima permintaan menjadikan Andal Software sebagai case study adalah sejalan dengan mission statement kami.
2. Alasan strategi bisnis. Bila strategi dan rencana Andal Software ditiru perusahaan software lain, mereka akan memerlukan waktu untuk mengejar, dan pada saat itu kami mungkin sudah melaju jauh ke depan. Jadi, meniru sebuah iklan: kenapa takut?
Alhasil, kami pun bersedia untuk “dibedah”. Permintaan saya dan teman-teman di Andal Software cuma satu: buku ini dapat dipersembahkan untuk para pelaku industri TI, khususnya industri peranti lunak, sehingga industri ini pun akan berkembang dan bertumbuh di Indonesia.
Perbincangan yang Panjang
Maka, akhirnya terjadilah proses diskusi yang intens. Proses diskusi dengan penulis yang nota bene merupakan wartawan bisnis dan telah menulis buku studi kasus entrepreneurship di industri hospital equipment dan advertising, sangat menarik. Kekhawatiran saya pribadi tentang membuka rahasia dapur tak terbukti. Kami saling share, dan saya merasa bahwa wawasan saya justru bertambah luas lewat proses saling berbagi.
Dalam diskusi yang panjang itu, saya mengungkap banyak hal tentang Andal Software, mulai dari berdiri, fase-fase jatuh bangun, dan terpenting: kunci untuk menunggangi gelombang industri peranti lunak yang dinamikanya luar biasa pesat.
Industri peranti lunak memang seperti gelombang. What works today, become obsolete tomorrow! Peranti lunak yang hari ini hebat, akan segera tenggelam esok lusa dengan datangnya pesaing baru.
Yang menarik, dari menjadi “obyek” yang “dibedah”, saya akhirnya justru merasa menjadi “subjek” karena proses diskusi yang intens itu melahirkan kesadaran bahwa “Siapa tak bisa menunggangi gelombang dinamika yang demikian pesat, dia akan tenggelam, seperti tenggelamnya produk yang dihasilkannya”. Diskusi yang intens juga melahirkan kesadaran bahwa: the real competitor, sometimes is our mindset and the old way of doing business. Sebagai technopreneur, mindset dan cara mengelola bisnis harus terus diperbarui dan disesuaikan dengan konteks industri yang terus datang bergelombang melahirkan beragam game changer yang baru.
Epilog
Karena kental dengan dinamika yang bergelombang itulah, buku ini akhirnya diberi judul “Riding the Wave: Strategi Andal Menaklukkan Industri Software”. Laiknya buku case study, pembahasannya kental dengan analisis makro dan mikro-manajemen, yang mengupas detail tentang bagaimana industri peranti lunak, dan bagaimana sebuah perusahaan software dikelola, mulai dari mendesain produk hingga aspek model bisnisnya.
Akhirnya, sebagai pihak yang telah “dibedah”, saya dan tim Andal Software berharap apa yang telah kami berikan untuk ditulis, benar-benar bisa bermanfaat bagi para pelaku industri TI, khususnya industri peranti lunak.