Pada saat melihat
judul buku Man of Honor saya teringat akan film yang dibintangi oleh Robert De
Niro dan Cuba Gooding Jr. Sebuah film yang sangat menginspirasi perjuangan
seorang kulit hitam yang dibintangi oleh Cuba, dan bagaimana dia memperjuangkan
untuk memperoleh kehormatannya kembali sebagai Chief Carl Brashear. Buku Man OF
Honor yang ditulis oleh Teguh S Pambudi, kebetulan saya kenal baik dengan
penulis buku ini, menceritakan perjalanan hidup William Soerjadjaja pendiri
Astra, perusahaan yang dibangunnya selama 35 tahun, dari perusahaan yang sangat
kecil dengan karyawan 3 orang hingga menjadi perusahaan konglomerasi yang besar
sekali, dan dapat menghantarkan Om Williem menjadi orang terkaya no 2 di
Indonesia. Tetapi di akhir kehidupannya dia harus melepas Astra yang
dibangunnya karena hanya untuk mempertahankan kehormatan nama keluarga
Soerjadjaja. Tentunya tidak banyak orang yang mau berkorban untuk kehilangan
hartanya yang begitu besar, apalagi bayi Astra yang dilahirkan dari kecil
menjadi besar, hilang begitu saja. Suatu teladan yang patut di contoh.
Integritas !
Yang dapat saya pelajari dari kehidupan Om Williem, begitu
orang memanggilnya, adalah mempunyai iman yang sangat kuat terhadap Tuhan.
Tidak mengherankan Om Williem walaupun dilanda berbagai masalah masih bisa
tetap tenang. Mungkin karena Om Williem sejak dari kecil sudah tinggal orang
tuanya pada saat masih berusia 12 tahun, dan sebagai anak yang paling besar Om
Williem harus menjaga adik-adiknya, tentunya tidak hanya menjaga tetapi harus
membesarkan adik-adiknya. Dalam perjalanan hidupnya juga banyak mengalami jatuh
bangun.
Pelajaran lain yang bisa didapatkan, Om Williem selalu
memikirkan untuk kehidupan orang lain, latar belakang mendirikan perusahaan
dengan jumlah yang banyak, karena didorong oleh tujuan untuk memberikan
lapangan pekerjaan pada banyak orang. Dalam hal membantu orang ini banyak
cerita yang sangat menarik, seperti di akhir buku di ceritakan bahwa ada
seorang tukang kebon yang tidak dapat membayar pengobatan, maka Om Williem
membantu dengan memberikan uang. Tidak hanya pada orang kecil saja, pada saat
Bank Suma tidak dapat mengembalikan uang yang ada didalam rekening mereka, maka
Om Williem mau menggunakan uang pribadinya untuk mengembalikan kepada para nasabah.
Padahal Om Williem tidak berkewajiban untuk mengembalikan uang tersebut, karena
Bank Suma sudah berbentuk PT, berarti tidak ada tanggung jawab pribadi pemegang
saham. Integritas sebagai seorang pengusaha, dia tidak mau mengorbankan nama
baiknya, demi untuk uang. Hal ini pula yang membuat perusahaan-perusahaan
Jepang terkemuka, mau bekerja sama dengan Astra. Dan membuat Astra semakin
besar.
Kepeduliannya terhadap orang kecil terlihat, setiap saat
dikantong Om pasti ada uang yang digunakan untuk di bagi-bagikan, kepada orang
kecil seperti satpam, OB. Perhatian terhadap orang lain tidak hanya pada orang
kecil juga, tetapi kepada orang-orang dekatnya juga memberikan perhatian yang
luar biasa. Seperti pada saat seorang manager pertama kali dikirim ke luar negeri,
tiba-tiba Om Williem ada disana untuk memberikan pakaian dingin. Banyak sekali
orang yang merasa terbantu dan karirnya berkembang karena Om Williem memberikan
kesempatan untuk orang orang sekelilingnya berkembang. Hal ini yang menyebabkan
orang-orang sekeliling dia merasakan bahwa Om Williem membantu mereka.
Setelah selesai membaca buku tersebut saya banyak belajar,
pada akhirnya setiap orang diberikan pilihan setiap saat, dan bagaimana kita
menggunakan kebebasan kita untuk memilih pilihan yang ada. Bisa juga Om Williem
memilih untuk tidak kehilangan Astra, tetapi dia harus kehilangan nama baik
keluarganya, Om Williem memilih yang berbeda lebih baik kehilangan Astra
daripada kehilangan nama baik, karena kehilangan nama baik berarti keturunan Om
Williem akan terkena imbasnya, inilah pemikiran seseorang yang sangat jauh
kedepan. Seperti pepatah mengatakan
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati
meninggalkan nama. Om Williem meninggalkan nama baik, hal ini terbukti pada
saat Om Williem dipanggil oleh yang mahakuasa, banyak orang yang menghadiri
upacara pemakamannya hingga mencapai 3.000, suatu jumlah kerabat yang luar
biasa.