Sering sekali saya mendengar teman saya bercerita bahwa dia
ingin sekali menjadi entrepreneur, tetapi masalahnya adalah uang, tidak
punya uang yang cukup untuk modal kerja. Disisi lain saya mempunyai kawan yang
selesai kuliah di berikan modal yang cukup oleh orang tuanya, dan mereka
menyewa ruang kantor yang cukup pretigius, dan bisnisnya tidak bertahan lama
paling lama dua tahun mereka sudah tutup.
Kalau saya membaca cerita para pengusaha sukses sekarang ini
seperti Bill Gate dan Steve Job, mereka memulai bisnis nya dari garasi mereka,
dan sekarang perusahaannya menjadi besar sekali. Dalam perenungan saya selalu
timbul pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk di cari jawabannya. Apakah
memang ada perbedaan utama seorang entrepreneur dengan yang bukan entrepreneur
? Apakah seorang entrepreneur harus di lahirkan dari keluarga entrepreneur juga
? Apakah sestiap orang mempunyai kesempatan untuk menjadi entrepreneur ?
Kendala dan Solusi
Setelah sekian lama saya bergaul dengan berbagai macam teman
dan dari berbagai latar belakang, banyak hal yang saya pelajari dari mereka.
Orang-orang yang sukses selalu memikirkan solusi, bagaimana caranya mengatasi
kendala yang dihadapi. Seperti misalnya untuk memulai usaha seorang
entrepreneur tidak pernah mengatakan saya tidak punya modal untuk menjadi pengusaha, pemikiran seperti ini tidak akan pernah dipikirkan oleh pengusaha. Karena memang menjadi seorang entrepreneur harus
menghasilkan uang, sehingga bila yang dipikirkan tidak dapat menghasilkan uang
maka namanya bukan usaha.
Berbeda dengan anak seorang dari keluarga pengusaha, yang sejak kecil sudah dilibatkan dalam melakukan usaha, diajarkan untuk mengambil keputusan,
sehingga pada saatnya sudah dapat memegang usaha yang cukup besar untuk
dikembangkan. Mereka belajar dan mengambil keputusan kecil-kecil hingga pada
saatnya sudah mengetahui dasar pemikiran dalam melakukan bisnis.
Latar belakang keluarga memang membantu, tetapi bukan
jaminan juga bahwa anak seorang usahawan yang sukses menjadi sukses juga.
Banyak contohnya di Indonesia seorang anak pengusaha yang sukses kemudian di
sekolahkan ke luar negeri, setelah pulang mulai menerapkan ilmunya di usaha
orang tuanya yang sudah besar, tidak berapa lama usaha yang sudah dibangun puluhan tahunpun hancur.
Sebetulnya yang terjadi bukan masalah ilmu, dan bukan juga masalah modal tetapi
yang terjadi adalah anak tersebut belum cukup pengetahuan di lapangan untuk
pengambilan keputusan yang tepat. Kembali lagi cara berpikir menjadi penting
dalam mengembangkan usaha.
Lingkungan Pergaulan dan Bekal Pengetahuan
Karena
memang perbedaannya ada pada pola pikir, tentunya yang mempengaruhi kita untuk
mempunyai pola pikir yang berbeda adalah lingkungan sekitar kita dan juga bekal
pengetahuan yang kita miliki.
Biasanya
seseorang merasa sudah cukup belajar setelah selesai kuliah, banyak sekali
teman saya yang sudah tidak pernah membaca buku lagi setelah selesai sekolah. Saya
juga merasakan hal yang sama, pada saat saya selesai sekolah, apalagi saya
lulus Master of Business Administration, maka saya merasa bahwa saya mempunyai
bekal yang cukup. Tetapi apa yang terjadi, kesombongan merasa sudah tahu dan akibatnya tidak mau belajar lagi
menyebabkan bisnis saya jatuh terpuruk dan hampir tenggelam. Saya terperangah
pada saat saya menemukan buku yang berjudul the Secret of Software Success di
sebuah toko buku, setelah saya baca ternyata penyebab kejatuhan usaha saya
dituliskan persis di buku itu, dan perusahaan yang mengalaminya di Amerika
tutup. Kemudian saya merenung, seandainya saya mau membaca buku, dan seandainya
saya mendapatkan buku tersebut lebih cepat lagi, mungkin saya tidak mengalami
kejatuhan.
Tetapi
memang Tuhan baik, rupanya saya diberi pelajaran yang sangat berarti dalam
hidup saya, untuk mau merendahkan hati belajar lebih baik lagi, dan sejak saat
itu saya banyak membaca buku, terutama buku pengalaman orang-orang yang sukses,
buku yang bercerita tentang leadership, dan banyak buku yang ditulis oleh
pengarang yang cukup ternama. Saya merasakan banyak perbedaan setelah membaca
banyak buku. Saya dapat mengambil keputusan lebih baik, saya dapat mengetahui
keadaan bisnis lebih jernih, dan saya dapat melihat jauh kedepan untuk membawa
usaha yang saya rintis lebih ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Lingkungan
pergaulan saya juga sudah berubah, banyak teman-teman saya sekarang ini yang
sukses dibidangnya, dan mereka selalu optimis, mereka hampir tidak pernah
mengeluh, lingkungan positif seperti ini memberikan saya energi yang luar biasa
besarnya. Di salah satu buku yang saya baca, saya ingat sekali kata-katanya
“your future depends on the people you meet and the books you read”.
Biaya dan Investasi
Dalam
berusaha pada awalnya saya tidak dapat membedakan antara biaya dan investasi, pada saat perusahaan masih kecil kita harus menekan biaya, bahkan pada saat
besarpun kita perlu menekan biaya, tetapi saya tidak pernah menekan
investasi. Saya akan melakukan investasi sesuai dengan kemampuan yang saya
miliki. Saya mengaggap buku adalah investasi, karena dengan membaca banyak buku
saya akan mendapat pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan
perusahaan. Memberikan training pada karyawan merupakan salah satu bentuk investasi. Kantor yang mewah dan fasilitas yang mewah merupakan biaya sehingga
perlu di tekan, pernah teman saya mengatakan bahwa mobil yang kita gunakan dan
kantor kita akan menunjukkan kemampuan kita, sehingga kita bisa mendapatkan
proyek yang besar. Saya tidak pernah percaya dengan hal ini, karena saya pernah
membuktikan pada saat kantor saya masih kecil, saya pernah di datangi tamu dari
luar negeri yang akan meninjau kantor kami untuk memutuskan menggunakan produk kita. Pada awalnya saya merasa tidak yakin. Tetapi apa yang terjadi ? perusahaan
tersebut memutuskan untuk menggunkan jasa kita, dan sampai sekarang masih
menggunakan jasa kita, sudah lebih dari lima tahun.
Pelajaran
yang didapat dari kejadian tersebut adalah bukan fasilitas apa yang dapat kita
tunjukan tetapi bagaimana kita dapat menyelesaikan pekerjaan kita dan kemampuan
kita yang perlu kita buktikan pada mereka. Kepercayaan dibangun bukan dari
kesombongan melainkan dari kerendahan hati dan kemampuan yang kita miliki, pada
akhirnya setiap orang akan mengetahui kemampuan kita dari cara kita berbicara
dan berdiskusi, hal tersebut tidak dapat di tutupi dengan fasilitas.