Membaca buku mindset
yang ditulis oleh Carol S. Dweck, Ph.D, adalah seorang researcher dibidang
psychology yang cukup punya nama, dia banyak research dibidang personality,
Psychologi sosial, dan Psychologi perkembangan. Pada saat saya mulai membaca
buku tersebut alur cerita nya enak sekali di baca, berikut kasus-kasus dalam
research yang dilakukan sangat menarik.
Setiap orang
mempunyai kesempatan untuk berkembang dan menjadi orang yang sukses,
pertanyaannya adalah mengapa banyak orang yang tidak sukses ? apa faktor yang
menyebabkan orang tersebut menjadi sukses dan tidak sukses. Menurut Dr. Dweck
ada dua macam mindset, fixed mindset dan growth mindset.
Waktu anak
saya lelaki yang pertama di bawa ke Pshycholog, kemudian di test untuk
menggambar muka orang, ternyata gambaran mukanya tidak simetri kemudian
psycholog tersebut mengatakan bahwa bakat seni anak saya kurang bagus, karena
melihat hasil gambar yang tidak simetri. Tetapi sekarang ini setelah 20 tahun
kemudian, anak saya dapat membuat patung kepala dengan proporsi yang bagus, dan
juga banyak lukisan yang di hasilkan cukup bagus. Pada saat saya membaca buku
mindset tersebut, saya mulai flash back kembali kejadian 20 tahun yang lalu
terhadap anak saya, dan anak saya di kategorikan sebagai growth mindset, karena
melihat bahwa test yang dilakukan hanya menandakan bahwa pada saat itu dia
belum bisa, dan bila mau berlatih maka semua bisa dilakukan.
Sebaliknya
bagi mereka yang mempunyai fixed mindset akan mengatakan “ya, memang saya tidak
mempunyai bakat untuk menggambar, jadi mengapa saya harus terus berlatih untuk
menggambar”. Karena tidak pernah berlatih maka tentu saja dia tidak akan dapat
menggambar.
Biasanya
anak sekolah yang tidak naik kelas dianggap sebagai anak bodoh, tidak bisa
mengikuti pelajaran dan tidak dapat di perbaiki untuk menjadi pandai, pemikiran
semacam ini adalah pemikiran fixed mindset.
Marva
Collins mengambil beberapa anak yang gagal di sekolah negeri kota Chicago dan
memperlakukan mereka sebagai anak yang genius. Walaupun sebelumnya anak
tersebut dianggap sebagai anak yang tidak bisa belajar, anak yang terbelakang,
atau anak yang terganggu secara emosi. Yang intinya anak anak ini adalah anak
yang tidak mempunyai harapan masa depan.
Collins
mulai mengajarkan mereka dengan pelajaran sekolah dasar kelas dua dengan
pelajaran membaca yang paling rendah. Ternyata hasilnya luar biasa, seorang
anak yang waktu masuk berumur enam tahun dan di cap sebagai anak yang
terbelakang, setelah empat tahun kemudian dia sudah membaca buku sebanyak 23
buku, selama liburan musim panas termasuk buku A Tale of Two City, dan Jane
Eyre. Anak itu mengerti benar apa yang dia baca. Bahkan ada anak yang umurnya
baru empat tahun dia bisa mengatakan “Mrs. Collins, kalau kami tidak belajar
dan bekerja keras kita akan dibawa terbang oleh Icarian tidak kemana mana”.
Pelajaran yang didapat
Saya belajar
banyak pada saat menghadapi orang, dahulu berpendapat bahwa anak ini harus
dapat berkembang seperti apa yang saya pikirkan, karena membentuk orang itu
seperti pemahat. Dengan sudut pandang seperti itu, saya tidak dapat melihat
potensi orang yang ada didalam dirinya.
Pada saat
saya mengubah sudut pandang saya, bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, sekarang ini saya lebih banyak menggali kelebihan
dari setiap orang yang ada di kantor saya, kemudian tugas saya adalah membantu
orang tersebut untuk mengembangkan potensi dirinya yang ada.
Dengan
mengubah sudut pandang growth mindset seperti ini, saya melihat banyak sekali
team di Andal bertumbuh, mereka dapat berkarya yang sangat baik. Hasil dari
pertumbuhan tersebut, saya melihat perkembangan perusahaan yang cukup pesat
sekarang ini, dan tentunya sangat membanggakan.
Menurut saya
buku mindset ini sangat bagus, bagi mereka yang tertarik untuk mengembangkan
sumber daya manusia, baik di dalam pekerjaan maupun di dalam keluarga, buku ini
sangat cocok sekali, banyak contoh kasus yang sangat menginspirasi.