Beberapa tahun yang
lalu saya merasakan bahwa kehidupan saya stagnan, tidak ada pertumbuhan baik
dari segi pengembangan diri maupun dari segi penghasilan. Walaupun saya
merasakan bahwa saya telah bekerja keras, tetapi saya tidak merasakan adanya
perkembangan yang berarti. Setelah saya melakukan refleksi diri dan melakukan
konsultasi dengan mentor saya, pertanyaan sederhana dari mentor saya yang
membuat perubahan yang sangat besar dalam kehidupan saya sekarang ini.
Pertanyaannya adalah “Kehidupan seperti apa Pak Indra inginkan dalam waktu 5
tahun mendatang ?”, sebelumnya saya tidak pernah memikirkan apa yang ingin saya
capai, yang saya lakukan adalah bekerja, bekerja dan bekerja.
Dari
pertanyaan tersebut saya mulai membiasakan diri mempunyai goal setiap tahun,
setiap bulan, dan setiap minggu. Yang menarik adalah pada saat ada goal saya
merasakan cara bekerja saya berubah, sebelum ada goal yang penting saya
mengerjakan sesuatu, setelah ada goal saya memilih pekerjaan, pekerjaan apa
yang dapat saya delegasikan, dan pekerjaan mana yang harus saya kerjakan untuk
menuju apa yang saya ingin dapatkan di tahun mendatang. Pada saat mengerjakan
suatu pekerjaan saya biasanya mengevaluasi apakah pekerjaan yang saya lakukan
membawa saya ketujuan saya ? apakah ada cara lain untuk mengerjakan sesuatu itu
agar lebih cepat dan lebih dekat menuju ke tujuan saya ? akhirnya saya belajar
bahwa pertanyaan dengan cara seperti apa saya dapat mencapai ke tujuan dengan
lebih baik, jawaban pertanyaan ini disebut dengan strategi. Strategi merupakan
sarana yang sangat menentukan dalam kita mencapai goal atau tujuan kita. Tanpa
strategi yang tepat, kita tidak akan pergi ke-mana-mana.
Setelah
medapatkan strateginya, baru kita lakukan kerjana, pertanyaannya bagaimana kita
dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan strategi yang telah kita tentukan,
pekerjaan menjalankan strategi yang telah ditentukan ini yang disebut dengan
action, dan akhirnya action ini yang memberikan kita hasil. Jadi kalau dilihat
urutannya adalah goal à
strategi à
action à
result.
Dari
pengalaman yang saya alami mempunyai goal saja tidak kuat, karena pada saat
memikirkan untuk menuju goal pertanyaannya adalah kalau goal tercapai apakah
akan membuat saya bahagia ? atau apakah saya akan puas ?, jawabannya bisa ya
atau tidak, kita harus mempunyai dream yang lebih besar dari goal, jadi pada
saat membuat goal, pertanyaannya adalah apakah goal yang kita tentukan akan
membawa ke impian kita ? sehingga urutannya ditambahkan menjadi dream à goal à strategi à action à result. Setelah
terbiasa dengan rangkaian seperti ini, maka pada saat melakukan kerjanya lebih
bersemangat dan lebih terlihat hasilnya.
Pelajaran yang saya dapatkan
Tahun lalu
kita telah membuat goal bersama team untuk mengejar suatu target sales yang
cukup besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ternyata memang kami dapat
mencapai total sales tahun lalu hanya dalam satu semester tahun ini, suatu
pencapaian yang luar biasa, dan menginjak pertengahan semester dua ini
sepertinya kita hanya akan mencapai 75 % dari goal yang telah ditetapkan di
awal tahun. Walaupun hanya akan tercapai 75% dari total goal yang ditentukan
tahun lalu, sebenarnya kenaikan salesnya cukup besar juga.
Tetapi kami
tahu kalau tahun depan kita akan menerapkan strategi yang sama dengan tahun
ini, artinya kita tidak dapat menetapkan goal yang lebih tinggi lagi, artinya
kita harus mengubah strategi untuk menaikan goal yang lebih tinggi lagi.
Memasukan awal pertengahan kedua dari semester dua ini, kita sudah merancang
strategi yang akan diterapkan di semester satu tahun depan. Sehingga di
pertengahan kedua semester dua ini, yang kami persiapkan adalah mereview sekali
lagi strateginya, kemudian membuat action plan, serta persiapan yang cukup
selama tiga bulan kedepan untuk mengadakan perubahan strategi yang cukup besar,
karena harus melakukan perubahan struktur organisasi juga. Dengan perubahan
struktur organisasi, maka diperlukan team tambahan untuk menjalankan action
plan ini.
Sebelum saya
mempelajari siklus dari dream à
goal à
strategi à
action à
result, saya tidak tahu apa yang ingin dicapai, kadang tahu apa yang ingin
dicapai tetapi tidak menentukan strategi yang tepat untuk mencapai goal.
Sehingga pekerjaan yang di kerjakan sehari-hari menjadi rutinitas tanpa
antusiasme, tentu saja tidak terlihat peningkatan hasil kerja.
2 komentar:
Pak Indra,
blognya sangat inspiratif bagi saya.
Saya mau bertanya, kalau untuk suatu tim atau divisi apakah cara tersebut bisa dilakukan jika dlm tim tidak ada kesamaan niat dalam meraih dream dan goal tsb?
Mohon pencerahannya Pak Indra.
Terima kasih dan salam sukses,
Surya
Untuk membangun team yang kuat perlu adanya tujuan, dan tujuan ini harus dari atas atau kesepakatan dengan atasan.
yang lebih penting lagi tujuan organisasi harus dapat mengakomodasi tujuan dari setiap anggota team.
Tentunya goal pribadi tidak sama dengan goal perusahaan
Posting Komentar