Senin, 08 Desember 2008

Manfaat perlindungan HAKI bagi Industri software di Indonesia

Masa Tekhnologi informasi sudah banyak mencetak bilioner baru, dan kebanyakan dari mereka masih berumur sangat muda pada saat mulai. Seperti Bill Gate pemilik Microsoft, Larry Ellison pemilik oracle, Marc Benioff pemilik salesforce.com dan banyak lagi deretan nama nama pemain TI yang menjadi billioner.
Mungkin masih banyak lagi calon calon bilioner baru yang akan bermunculan, melalui TI baik itu di industri TI atau pengguna TI seperti amazone.com. Sejak komputer diciptakan mengubah banyak pola kehidupan masyarakat, komputer sudah dipakai di hampir segala bidang karena memang sifatnya sebagai alat kontrol yang dapat digunakan di berbagai kehidupan manusia. Penggunaan komputer ini akan berfungsi berfungsi optimal bila ada software didalam. Hal inilah yang memicu permintaan akan pembuatan software meningkat dengan pesat. Contohnya seperti :
• Membantu administrasi di perusahaan
• Automation
• Mobil
• Handphone
• Rumah
• Peralatan untuk mendesign
• Hiburan
• Dan masih banyak lagi lainnya

Dengan kemungkinan penggunaan yang cukup luas tersebut, pasar software makin lama akan makin berkembang, disamping jumlah pemakainya yang semakin banyak, jumlah aplikasinyapun bertambah banyak. Disinilah kesempatan untuk menjadi bilioner dibidang TI masih sangat luas sekali.

The law of increasing return
Di dunia software terutama industri software, biaya pembuatan software sangat mahal karena harus di tulis satu per satu dengan jumlah baris yang cukup banyak, sehingga memerlukan banyak tenaga dan waktu. Tetapi kalau software itu sudah dapat dijual, maka biaya penggandaannya murah sekali. Maka dari itu di industri software dikenal apa yang disebut dengan Law of Increasing return, makin banyak software produk yang terjual, makin murah biaya variabelnya.


Pembagian Pasar dunia TI
Gambar pembagian pasar dunia TI seperti pada gambar dibawah ini :







Software Produk, adalah perusahaan yang membuat software dan dijual secara masal. Di kategori ini ada dua jenis yaitu Mass Market software dan Enterprise software.






Bagaimana potensi software di Indonesia
Potensi pasar software di Indonesia bisa kita lihat dari tingkat pembajakan dan kerugian akibat pembajakan di Indonesia.
IDC report 2008



Tingkat pembajakan di Indonesia turun dari 85% menjadi 84% dan kerugian akibat pembajakan naik dari 350 juta mencapai 411 juta, terjadi kenaikan kerugian sebesar 61 juta. Angka ini menunjukkan bahwa pangsa software di Indonesia naik sangat pesat, walaupun tingkat pembajakan turun namun kerugian naik.
Bila jumlah pembajakan berkurang, dan nilai kerugian ini dapat diisi dengan software lokal maka potensi penghasilan software lokal menjadi besar sekali.

Bagaimana mensiasatinya ?
Untuk mengembangkan industri software perlu adanya insentif, dengan jumlah pembajakan yang cukup besar maka tidak ada lagi insentif bagi pemula untuk membuat software. Karena hasil pemikiran mereka tidak akan dihargai akan selalu dibandingkan dengan nilai software yang murah hasil bajakan.
Banyak memang yang berargumentasi, dengan banyaknya bajakan maka harga software menjadi murah dan memberi kesempatan bagi para pelaku TI untuk belajar. Pertanyaan berikutnya adalah kalau sudah dapat membuat program, bagaimana cara menjualnya ? karena harga software yang begitu murah, tidak ada lagi gairah atau insentif yang didapatkan dalam membuat software tersebut.
Salah satu negara dengan tingkat pembajakan paling tinggi ada di urutan ke 3 adalah Cina di tahun 2003 dengan tingkat pembajakan mencapai 92%. Dan pada saat Cina mau mengembangkan industri TI yang dilakukan adalah menurunkan tingkat pembajakan data dibawah ini adalah hasilnya setelah bekerja selama 3 tahun. Pada tahun 2003 mencapai 92% dan turun sangat drastis pada tahun 2006 menjadi 82%, penurunan 10 % ini pasar software lokal tumbuh hampir mencapai 1.2 billion USD di tahun 2006. (sumber dari allbusiness, Worldwide Software Piracy Rate Holds Steady at 35%; Global Losses Up 15%. Tanggal 15 mei 2007)
Sekarang Cina menduduki ranking ke 4 dalam software export, hampir menyamai India yang sudah terlebih dahulu menjadikan software industri. Padahal Cina mempunyai hambatan bahasa.

1 komentar:

Wibowo Kosasih mengatakan...

Artikelnya menambah pengetahuan. Thanks pak. Very Useful. Sudah dimuat di majalah?