Rabu, 13 Maret 2013

Man of Honor



Pada saat melihat judul buku Man of Honor saya teringat akan film yang dibintangi oleh Robert De Niro dan Cuba Gooding Jr. Sebuah film yang sangat menginspirasi perjuangan seorang kulit hitam yang dibintangi oleh Cuba, dan bagaimana dia memperjuangkan untuk memperoleh kehormatannya kembali sebagai Chief Carl Brashear. Buku Man OF Honor yang ditulis oleh Teguh S Pambudi, kebetulan saya kenal baik dengan penulis buku ini, menceritakan perjalanan hidup William Soerjadjaja pendiri Astra, perusahaan yang dibangunnya selama 35 tahun, dari perusahaan yang sangat kecil dengan karyawan 3 orang hingga menjadi perusahaan konglomerasi yang besar sekali, dan dapat menghantarkan Om Williem menjadi orang terkaya no 2 di Indonesia. Tetapi di akhir kehidupannya dia harus melepas Astra yang dibangunnya karena hanya untuk mempertahankan kehormatan nama keluarga Soerjadjaja. Tentunya tidak banyak orang yang mau berkorban untuk kehilangan hartanya yang begitu besar, apalagi bayi Astra yang dilahirkan dari kecil menjadi besar, hilang begitu saja. Suatu teladan yang patut di contoh. Integritas !
Yang dapat saya pelajari dari kehidupan Om Williem, begitu orang memanggilnya, adalah mempunyai iman yang sangat kuat terhadap Tuhan. Tidak mengherankan Om Williem walaupun dilanda berbagai masalah masih bisa tetap tenang. Mungkin karena Om Williem sejak dari kecil sudah tinggal orang tuanya pada saat masih berusia 12 tahun, dan sebagai anak yang paling besar Om Williem harus menjaga adik-adiknya, tentunya tidak hanya menjaga tetapi harus membesarkan adik-adiknya. Dalam perjalanan hidupnya juga banyak mengalami jatuh bangun.
Pelajaran lain yang bisa didapatkan, Om Williem selalu memikirkan untuk kehidupan orang lain, latar belakang mendirikan perusahaan dengan jumlah yang banyak, karena didorong oleh tujuan untuk memberikan lapangan pekerjaan pada banyak orang. Dalam hal membantu orang ini banyak cerita yang sangat menarik, seperti di akhir buku di ceritakan bahwa ada seorang tukang kebon yang tidak dapat membayar pengobatan, maka Om Williem membantu dengan memberikan uang. Tidak hanya pada orang kecil saja, pada saat Bank Suma tidak dapat mengembalikan uang yang ada didalam rekening mereka, maka Om Williem mau menggunakan uang pribadinya untuk mengembalikan kepada para nasabah. Padahal Om Williem tidak berkewajiban untuk mengembalikan uang tersebut, karena Bank Suma sudah berbentuk PT, berarti tidak ada tanggung jawab pribadi pemegang saham. Integritas sebagai seorang pengusaha, dia tidak mau mengorbankan nama baiknya, demi untuk uang. Hal ini pula yang membuat perusahaan-perusahaan Jepang terkemuka, mau bekerja sama dengan Astra. Dan membuat Astra semakin besar.
Kepeduliannya terhadap orang kecil terlihat, setiap saat dikantong Om pasti ada uang yang digunakan untuk di bagi-bagikan, kepada orang kecil seperti satpam, OB. Perhatian terhadap orang lain tidak hanya pada orang kecil juga, tetapi kepada orang-orang dekatnya juga memberikan perhatian yang luar biasa. Seperti pada saat seorang manager pertama kali dikirim ke luar negeri, tiba-tiba Om Williem ada disana untuk memberikan pakaian dingin. Banyak sekali orang yang merasa terbantu dan karirnya berkembang karena Om Williem memberikan kesempatan untuk orang orang sekelilingnya berkembang. Hal ini yang menyebabkan orang-orang sekeliling dia merasakan bahwa Om Williem membantu mereka.

Setelah selesai membaca buku tersebut saya banyak belajar, pada akhirnya setiap orang diberikan pilihan setiap saat, dan bagaimana kita menggunakan kebebasan kita untuk memilih pilihan yang ada. Bisa juga Om Williem memilih untuk tidak kehilangan Astra, tetapi dia harus kehilangan nama baik keluarganya, Om Williem memilih yang berbeda lebih baik kehilangan Astra daripada kehilangan nama baik, karena kehilangan nama baik berarti keturunan Om Williem akan terkena imbasnya, inilah pemikiran seseorang yang sangat jauh kedepan.  Seperti pepatah mengatakan Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Om Williem meninggalkan nama baik, hal ini terbukti pada saat Om Williem dipanggil oleh yang mahakuasa, banyak orang yang menghadiri upacara pemakamannya hingga mencapai 3.000, suatu jumlah kerabat yang luar biasa.
 




Tidak ada komentar: