Jumat, 14 Oktober 2011

Cara melihat dunia yang selalu berubah


Perubahan bagi kebanyakan orang merupakan sesuatu yang dihindari maka kita sering mendengar pepatah “people resist to change”.  Ada seorang teman saya pada saat jalan yang biasa dia lewati ternyata harus dilebarkan karena sudah tidak mampu untuk menampung kendaraan, maka arus kendaraan harus dialihkan, teman saya mulai mengumpat. Karena dia tidak nyaman untuk mengubah perjalanan dari rumah ke kantor. Dan yang paling sering terjadi perubahan bila kita bekerja di suatu perusahaan yang sedang berkembang, karena dengan perkembang perusahaan tersebut akan selalu terjadi perubahan. Maka banyak karyawan yang tidak nyaman pada saat pekerjaannya berubah, saya merasa perasaan tidak nyaman ini sangat wajar.
Bila kita mau melihat dari sisi lain tentang perubahan, ada kata kata yang mengatakan “bila kita melakukan hal yang sama setiap hari maka kita tidak akan mendapatkan hasil yang baru, untuk mengubah hasil yang baru, anda harus mengubah dengan apa yang anda kerjakan sekarang”.  Pada saat kita mengubah suatu cara yang baru, pasti kita akan mengalami banyak tantangan. Kalau kita dapat mengatasi tantangan tersebut tentunya kita akan dapat mengatasi tantangan-tantangan yang lebih besar lagi, Einstein mengatakan bahwa “The significant problems we face cannot be solved at the same level of thinking we were at when we created them. You must think new, higher, bolder thoughts to manage the change that is bombarding your organization in these topsy-turvy times. You need to become good at tolerating ambiguity and uncertainty. You must embrace the change”.
Pada saat kita dihadapkan dengan tantangan baru, tentunya kita harus mencoba sesuatu cara yang baru, dan pada saat itulah kita akan mengalami banyak hal. Seperti kata-kata Budha “The arrow that hits the bull’s eye is the result of one hundred misses”, cara yang paling baik yang kita dapatkan merupkan hasil dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kalau kita tidak mencoba dengan cara yang baru kita tidak akan menemukan sesuatu yang baru dan akhirnya kita akan terperangkap di situ-situ saja, tanpa ada kemajuan didalam hidup kita.
Bila kita menginginkan organisasi yang terus bertumbuh kita harus dapat menciptakan lingkungan yang dapat menumbuhkan karyawan, memberikan kesempatan untuk bereksperimen dan bahkan dalam melakukan kesalahan. Ada hukum lingkungan yang saya kutip dari buku Leadership Wisdom karangan Robin Sharma mengatakan “A seed grows into a plant only when the soil, moisture and temperature are favorable “, jadi suatu organisasi harus dapat menjadi tanah yang subur, memberikan kelembaban dan temperatur yang sesuai. Setiap biji menghendaki lingkungan yang berbeda untuk dapat bertumbuh subur, jadi belum tentu biji mangga Indramayu yang sangat enak dan terkenal akan menjadi enak juga bila ditanam ditempat yang berbeda.
Pengalaman saya di Andal Software pada saat awal, saya merasa sangat sulit untuk menciptakan suatu lingkungan yang cocok untuk Andal Software, banyak hal telah dicoba dan tentunya resikonya juga besar. Tetapi kalau tidak mau mencoba sesuatu yang baru Andal Software tidak akan tumbuh. Yang saya pelajari pada saat membawa Andal Software ke posisi sekarang adalah kuncinya adalah saya, sebagai Leader, harus mau berubah terlebih dahulu. Seperti dikatakan oleh John C Maxwell, bila kita ingin mendapatkan follower yang nilainya 8, leadernya harus mempunyai nilai 9, sangat tidak mungkin bila leadernya mempunyai nilai 6 akan mendapatkan follower yang nilainya 9. Berarti sebagai seorang leader harus mau mengembangkan diri, dan pada saat mengalamai perkembangan diri banyak sekali pergulatan batin, sakit hati, tidak nyaman semua akan terjadi. Perlahan lahan kita akan melihat sesuatunya menjadi berbeda.
Biasanya seseorang mau melakukan perubahan dalam dirinya secara drastis bila ia mengalami sesuatu, yang sering disebut sebagai turning point. Banyak cerita bahwa ada seorang wirausaha sukses yang semula ia adalah karyawan,  karena perusahaannya mengalami kemunduran maka ia diberhentikan dari perusahaannya. Awalanya dia sangat terpukul, karena tidak mempunyai pekerjaan, tetapi karena kepepet harus bisa menghidupi keluarganya maka ia perlahan membuka usaha makanan, dan ternyata usahanya tersebut berkembang dan maju. Turning pointnya adalah pada saat karyawan tersebut diberhentikan dari perusahaan, dan itulah awal dia menapaki tangga sukses, tentunya pada saat dia berusaha membuka usaha makanan banyak hal yang dia hadapi.
Terinspirasi dari buku “Leadership wisdom from the monk who sold his Ferari, the 8 rituals of the best leader” karangan Robin Sharma

Tidak ada komentar: