Kamis, 20 Juni 2013

keadilan yang tidak adil



Akhir-akhir ini sangat ramai masalah kenaikan premium, dimana pemerintah akan mengurangi subsidi premium. Bila subsidi tersebut dicabut maka dampaknya adalah harga bahan pokok akan naik, karena transportasi akan naik, dan yang akan terkena imbasnya adalah golongan kurang mampu, akan terbebani dengan harga bahan pokok yang naik. Secara sekilas pernyataan tersebut memang sangat benar dan semua orang akan setuju.
Kemudian saya mulai merenung apakah benar demikian dampaknya, dan terakhir ini saya sering membaca spanduk, subsidi premium yang diberikan tidak tepat sasaran, karena yang menikmati lebih banyak orang kelas menengah dibanding orang yang kurang mampu. Karena harga premium murah maka banyak orang membeli mobil dan motor yang lebih nyaman karena dibandingkan dengan kendaraan umum maka menggunakan mobil dan motor dengan bahan bakar bersubsidi akan lebih murah.
Yang menjadi tidak adil sebenarnya adalah menggunakan kendaraan pribadi lebih murah dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum, tidaklah heran banyak orang yang membeli motor karena motor harganya murah, dan harga bahan bakarnya juga murah, maka kalau pergi kekantor akan lebih murah naik motor daripada naik kendaraan umum. Dari kedaan ini orang yang kurang mampu, yang tidak mampu untuk membeli motor harus naik kendaraan umum dan biayanya lebih mahal.

Ada biaya terselubung yang tidak terlihat
Pada saat golongan mampu membeli sepeda motor, maka populasi sepeda motor dan mobil menjadi banyak, maka dampaknya adalah polusi menjadi lebih besar, apa lagi sepeda motor dan mobil yang tidak terpelihara dengan baik, maka asap yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor tersebut menjadi polusi udara, dan bagi yang kurang mampu membeli kendaraan akan menghirup polusi tersebut karena mereka berjalan kaki, menggunakan kendaraan umum yang terbuka sehingga terkena polusi. Akibat dari polusi ini adalah pada kesehatan, mereke akan dengan mudah terkena penyakit yang berhubungan dengan polusi seperti paru-paru dan lain sebagainya. Mereka akan mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi, sedangkan golongan mampu akan naik mobil yang tertutup dengan AC didalam, sehingga tidak terkena polusi, atau naik motor menggunakan helm, kemudian berjalan dengan cepat dapat menghindari polusi.

Apa langkahnya
Jadi saya setuju dengan pencabutan subsidi premium, uang subsidi bisa dialihkan ke tempat lain, seperti pengetatan peraturan emisi gas buang kendaraan, program pengobatan gratis seperti yang di jalankan oleh pemda DKI, Pendidikan gratis untuk anak usia dini, langkah ini dalam jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Fasilitas transportasi umum dipermudah, saya gembira mendengar kereta api (commuter line) menurunkan harga dari Rp. 8.000 menjadi 5.000 dan tentunya jumlah kereta perlu di banyak, juga busway dapat diperbanyak lagi sehingga rakyat yang kurang mampu dapat menikmati transportasi umum dengan harga murah dan nyaman, mudah-mudahan Indonesia  dapat menjadi seperti uangkapan jawa yang terkenal gemah ripah loh ji nawi, toto tentrem kerto raharjo

4 komentar:

Anonim mengatakan...

semua tergantung kpd niat baik dari pemerintah, karena pada dasarnya kenaikan harga BBM bukan merupakan mutlak yg menjadi pokok permasalahan bangsa Indonesia, tetapi lebih kpd niat untuk menjadi pemerintah yg baik dan bersih, jangan cuman lips service saja dan bisanya menggunakan unsur sara untuk mencapai ambisi politik. Kalau memang ada dana yg bisa dialokasikan untuk membantu rakyat miskin dari kenaikan BBM tersebut, maka alngkah baiknya dialokasi dengan menciptakan lapaangan kerja dan untuk perbaikan infra struktur kota dan pedesaan. Insya Allah semua akan berjalan lebih baik menuju masyarakat yang adil dan makmur. Bukan untuk membuat permasalah baru dengan pemikiran jangka pendek saja.

Anonim mengatakan...

Pengalihan isu dari inefisiensi birokrasi,korupsi sektor migas dan sektor sektor lainnya. Titik.

ade mulyarahman mengatakan...

Melihat permasalahan ini, saya setuju dengan kalimat "semua tergantung niat pemerintahnya" dari hal tersebut saya berpikir dimana dampaknya atas kenaikan BBM ini akan lebih luas kesemua golongan. Tidak hanya sebatas Sembako, Angkutan, dan biaya hidup saja ... bagaimana dengan kondisi pengusaha yang memiliki lebih dari 100 orang karyawan? bagaimana dengan kondisi UKM, dan bagaimana dengan kondisi produk dalam negeri yang semakin tersaingi dengan produk impor ? ...

Menindaklanjuti tulisan Bapak Indra Sosrodjojo, sedikit yang ada dalam pikiran saya :
1. Apakah pemerintah memberlakukan hal ini pernah berpikir kenapa masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dari pada kendaraan umum ? kenyamanan, keamanan dan kepastian tidak delay ...
2. Apakah pemerintah juga pernah berpikir dampak lain dari dampak jangka pendek dan jangka panjangnya terhadap masyarakat ? ...
3. Apakah pemerintah juga pernah berpikir kenapa Sumber Daya Alam unrenewable yang melimpah di INDONESIA, seperti TIMAH (BaBel), EMAS & TEMBAGA (Jayapura) http://www.dakwatuna.com/2013/06/19/35551/dari-tambang-raksasa-sedalam-230-km2-indonesia-hanya-dapat-1/?fb_ref=recommendations-bar#axzz2WpxjAv5P, MIGAS (Sumatra), dan yang paling terpenting adalah SUMBER DAYA MANUSIA yang tidak dimanfaatkan keberadaannya padahal jika dari awal dikelola sendiri sudah sangat bermanfaat untuk kita dimana pekerjanya (staff ahlinya) banyak masyarakat Indonesia yang telah memiliki kompetensinya diluar rata-rata tetapi mereka malah "bekerja dan atau dimiliki" oleh NEGARA lain ? berapa orang WNI yang kerja diNASA, Qatar, dll ...

Apakah hal ini dikarenakan sistemnya yang sudah tidak sejalan lagi?
Apakah reformasi 1998 bisa dikatakan "GAGAL" jadi usaha rakyat dan mahasiswa saat melakukan demo reformasi 1998 sebatas hanya untuk menjatuhkan rezim OrBa, karena sampai dengan saat ini belum ada persiapan sistem yang lebih baik yang dapat melindungi, mensejahterakan dan memanusiakan rakyat Indonesia dengan tanpa memberikan HUTANG yang sangat LUAR BIASA kepada anak-anak kita sebagai penerima warisan berharga tersebut ? ...

indra sosrodjojo mengatakan...

Terima kasih atas semua komentarnya, selama ini saya hampir tidak pernah memikirkan apa yang pemerintah pikirkan, atau tujuan dari suatu kebijakan.
Saya lebih melihat dari sisi ekonomi secara keseluruhan, dan teori-teori ekonomi yang saya pahami. didalam konsep ekonomi setiap orang pasti ingin mendapatkan jasa atau barang yang paling murah, dengan tingkat kualitas yang di kehendaki (contoh yang mudah adalah saya tidak mungkin ingin mobil mewah dengan harga mobil rakyat).
Banyak kendaraan pribadi sekarang ini seperti motor dan mobil menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran bangsa Indonesia tentunya lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Tetapi permasalahannya adalah orang yang belum mampu membeli kendaraan pribadi, harus naik kendaraan umum yang ternyata biayanya lebih mahal dibandingkan kalau naik sepeda motor. salah satu faktornya adalah harga bahan bakar yang di subsidi oleh pemerintah.
Sehingga saya berpikir apa tidak sebaiknya subsidi bahan bakar di di cabut, dan sebagai penggantinya pemerintah memberikan pengobatan gratis, sekolah gratis ?, saya juga kurang setuju bila subsidi dialihkan ke pemberian uang tunai. karena hal ini tidak membuat masyarakat menjadi sejahtera, tetapi dengan alokasi dipindahkan ke bidang kesehatan dan pendidikan dampaknya akan lebih positif.
Sekali lagi terima kasih pada semua komentar yang kami terima.