Kamis, 29 November 2012

Menggali Potensi Diri


Disetiap akhir tahun saya sering flashback untuk memikirkan apa yang ingin saya capai dalam tahun berikutnya. Bulan ini adalah akhir bulan dari tahun 2012, bulan depan sudah memasuki tahun 2013, apa yang akan saya capai pada tahun 2013. Agar dapat mengikuti tulisan ini saya cerita tempat kelahiran saya. Saya lahir dan dibesarkan di sebuah kampung di Slawi, Jawa Tengah yang pada saat saya SMA baru ada di peta, pada saat itu hanya ada empat jalan besar yang namanya sesuai dengan arah mata angin, Jalan Raya Timur, Jalan Raya Barat, Jalan Raya Utara dan Jalan Raya Selatan. Jalan Raya Utara dan Selatan adalah jalan yang paling ramai, karena merupakan jalan tembus antara Tegal dan Purwokerto.  Saya sempat mengenyam pendidikan di SD Negeri 1 Slawi, sekolahnya dibuat dari bilik, dan kalau kesekolah tidak memakai alas kaki.
Setelah empat puluh tahun berlalu saya melihat kehidupan teman-temanku ada yang berhasil menjadi tentara, politisi, dan juga ada yang menjadi buruh pabrik, supir dan Ibu rumah tangga. Rata-rata dari mereka tergolong dengan kategori pandai di kelas. Pada saat saya melakukan perenungan tentang arti hidup, dan saya flashback kebelakang ternyata banyak teman-teman ku yang mempunyai cita-cita luar biasa tingginya pada saat itu, sehingga saya kagum, setelah empat puluh tahun lebih berubah total, cita-citanya yang setinggi langit itu kandas dan hilang ditelan bumi. Hal ini yang memberikan banyak pertanyaan dalam diri saya, dan pikiran saya mulai me-layang-layang  dan ber-andai-andai. Apakah temanku yang menjadi buruh di pabrik yang sekarang sudah mulai pensiun dianggap berhasil ? karena dia sudah dapat menyekolahkan anaknya sampai ketingkat perguruan tinggi ? Apakah seandainya temanku itu mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih tinggi lagi akan berbeda hidupnya ? Bila teman-temanku ada dilingkungan yang berbeda apakah mereka akan mempunyai kehidupan yang berbeda pula ?

Ukuran keberhasilan
Setiap orang mempunyai cita cita yang berbeda, apakah keberhasilan diukur kalau seseorang dapat mencapai cita-citanya ?  Dari beberapa teman yang beberapa tahun yang lalu mempunyai cita-cita tertentu dan sekarang telah mendapatkannya, maka mereka merasa bahwa itu adalah keberhasilan.
Sekarang ini sudah menjadi ukuran umum, bahwa keberhasilan selalu diukur dengan berapa barang yang dimiliki, berapa besar rumah yang dimiliki, dan mobil apa yang digunakan ?. Setiap orang ingin sekali dianggap sukses didalam hidupnya, dan kalau lingkungan menilai bahwa kebendaan diatas sebagai ukuran kesuksesan maka sekarang banyak sekali orang yang berlomba-lomba mengejar simbol kesuksesan diatas dengan segala cara.

Tidak ada jalan pintas 
Peter F. Drucker didalam salah satu bukunya mengatakan bahwa uang adalah merupakan reward/imbalan terhadap apa yang kita lakukan. Sehingga pada saat kita melakukannya dengan baik dan benar maka kita akan mendapatkan rewardnya. Saya teringat akan suatu cerita kepompong, pada suatu ketika ada seorang anak yang sedang melihat kepompong yang akan menjadi kupu-kupu, dia melihat kepompong tersebut bergelut untuk dapat keluar dari kepompongnya yang lubangnya sangat kecil, sehingga terlihat sangat sulit untuk dapat keluar dari kepompong tersebut. Kemudian anak tersebut mempunyai suatu ide, untuk membantu kepompong agar dapat dengan mudah keluar dari kepompongnya, maka diambilnyalah gunting, dan kepompongnya di gunting, sehingga sang kepompong dapat keluar dengan mudah.
Apa yang terjadi pada saat kepompong tersebut keluar ? ternyata perutnya besar, dan bulu untuk terbang tidak terbentuk, sehingga tidak lama kemudian kepompong tersebut mati.  Setelah diselidiki, bahwa pada saat kepompong tersebut bersusah payah untuk keluar dari kepompongnya. Lubang yang kecil akan menekan perutnya yang banyak cairan, dan cairan tersebut akan mengalir ke sayap dan bagian tubuh yang lain, sehingga menjadi kuat dan dapat terbang. Karena cairannya di tekan maka perutnya pun menjadi kecil.
Dalam hidup manusia juga sama, kita sering sekali diberikan tantangan dan cobaan yang kadang kita merasa beban tersebut terasa berat, tetapi kalau kita sudah dapat melewati beban tersebut kita akan bertumbuh, seperti sayap kupu-kupu yang berasal dari kepompong yang diberi kekuatan karena dialiri cairan dari perutnya dengan kesakitan yang luar biasa.
Pengalaman saya pada akhir tahun 2002 dimana perusahaan yang saya bangun sudah terlihat tanda-tanda akan jatuh, dan titik terendahnya pada tahun 2003. Pada saat itu saya merasakan beban yang begitu berat, tidak mempunyai jalan keluar, kelihatannya semuanya buntu. Sekarang saya baru tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana yang sangat indah yang diberikan kepada saya, dari kejadian tersebut saya mulai menyadari banyak hal, saya mulai dekat dengan Tuhan, membaca banyak buku, dan mendapatkan teman-teman yang sangat positif yang dapat mempengaruhi hidup saya lebih baik lagi, rupanya itulah yang disebut dengan turning point dalam kehidupan.

Belajar, Belajar dan Belajar
Sebelum saya melewati turning point saya sudah suka membaca buku, sekarang saya lebih banyak lagi membaca buku. Awalnya pada saat kejatuhan saya berjalan di suatu toko buku di daerah Senayan, dan saya mendapatkan buku yang menceritakan persis seperti yang saya alami. Pada saat itu saya berpikir, seandainya saya mendapatkan buku tersebut sebelum saya jatuh, mungkin saya tidak akan terperosok jauh seperti pada saat itu. Sejak saat itulah saya mulai banyak membaca buku, dari buku pengembangan diri, leadership, cerita-cerita sukses perusahaan besar, hampir semua buku besat seller saya baca.
Kemudian saya mulai mengubah mencari lingkungan pergaulan yang baru, dan banyak sekali saya melakukan diskusi dengan teman-teman baru, apa yang saya dapatkan ? saya mepunyai sudut pandang yang baru. Perubahan sudut pandang banyak membantu saya sekarang ini dalam menyelesaikan banyak masalah yang terjadi didalam kantor maupun didalam kehidupan. Saya merasa persoalan yang timbul merupakan ujian untuk naik kelas, dan selalu didalam kesulitan yang saya dapatkan saya akan mendapatkan sesuatu yang saya tidak dapat melihat pada saat itu.
Persis seperti yang dikatakan oleh Einstein, bahwa kita tidak dapat menyelesaikan masalah yang sama dengan pengetahuan yang sama. Pada saat kita mendapatkan masalah, kita harus dapat mengembangkan diri kita, agar kita dapat melihat masalah tersebut lebih jelas lagi. Sehingga setiap kali mendapatkan masalah artinya kita akan dapat mengembangkan diri kita, dan potensi yang ada dalam diri kita dapat tergali.

Setelah melayang-layang pikiran saya kembali ke teman-teman saya, dan saya mulai berpikir lagi, seandainya mereka mempunyai kesempatan untuk dapat bergaul dengan teman-teman yang positif seperti dilingkungan yang sekarang saya miliki, seandainya mereka mau membaca buku-buku pengembangan diri yang telah saya baca, Apakah mereka dapat menggali potensi diri mereka lebih dari seperti apa yang dapat mereka lakukan seperti sekarang ini ? kembali lagi bahwa hidup ini adalah pilihan, bagaimana kita memilih dalam menjalani hidup ini. Dan tidak ada jalan pintas, kita perlu memperjuangkan untuk dapat menggali potensi diri kita. Saya sangat yakin kalau kita mau membayar harganya, kita pasti dapat menggali potensi diri kita, dan kemakmuran hanya sebagai upahnya saja. 

2 komentar:

Karyaku DND mengatakan...

Good.. ya benar kesusksesan pada diri seseorang bukanlah dilihat dari harta benda yang sekarang sedamh menjadi tren. Tapi diukur dari cara pandang hidup dan cara menyelesaikan sebuah maslah dan wawasan yang luas.

Frannata mengatakan...

Man of value n man for others do matter. everythings are tools only n all good things are the rewards. All bad things are the teachers to show God love u. But do you love God when you got the rewards??