Kamis, 10 Oktober 2013

Menjadi Nomor Satu



Saya teringat pada masa sekolah, pada jaman saya sekolah selalu ada juara 1, 2 dan 3 serta juara harapan 1, 2, dan 3. Pada saat pengumuman kenaikan kelas saya mempunyai perasaan senang, cemas, gelisah bercampur menjadi satu seperti permen nano-nano, saya sangat menikmati perasaan tersebut. Walaupun saya tidak pernah mendapatkan juara 1, tetapi saya selalu masuk didalam 4 besar.
Saya sering flash back ke belakang kira-kira apa yang sekolah ingin lakukan dengan membuat juara 1, 2 dan 3 ? apakah tujuannya untuk memotivasi anak supaya semuanya menjadi nomor 1 ? Ternyata teman-teman ku yang mengejar kejuaraan tersebut juga tidak banyak, hanya mereka yang merasa mampu untuk mengejar status tersebut.

Apa yang saya dapatkan ?
Dari pelajaran tersebut apa yang saya dapatkan ? ternyata kalau membuat suatu tantangan harus dapat dinikmati oleh banyak orang, seperti misalnya kalau nilai rata-ratanya diatas 8 akan mendapatkan sesuatu. Maka setiap anak akan mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengejar nilai tersebut, sehingga banyak anak yang akan mengikuti perlombaan tetapi kalau hanya ada satu pemenang maka banyak anak yang merasa kalah sebelum bertanding. Secara mental ini akan terbawa sampai anak tersebut menjadi dewasa dan juga di lingkungan pekerjaan. Spirit untuk berjuang sudah hilang karena sudah tidak mempunyai harapan lagi.
Banyak anak yang ingin tampil di sekolah tetapi tidak mempunyai wadah untuk tampil sehingga penyalurannya ke hal yang negatif seperti tawuran, kebut-kebutan, motivasi mereka biasanya ingin mendapatkan penghargaan dari kawan-kawannya apalagi kalau di puji wah kamu hebat bisa menang lawan temenmu yang motornya lebih besar. Penghargaan semacam ini sangat didambakan oleh anak-anak remaja.
Seandainya kita bisa salurkan kedalam kegiatan yang postif dimana mereka dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa tampil, anak remaja kita akan mempunyai masa depan yang jauh lebih baik, karena mereka punya rasa percaya diri dalam mengembangkan hal-hal yang positif didalam dirinya.

Siapa yang sukses di dunia kehidupan ?
Seharusnya teman saya yang menjadi juara, juga sukses didalam kehidupan mereka, ternyata tidak banyak temanku yang pada saat sekolah tidak terlalu menonjol bahkan cenderung kurang secara akademis menjadi sukses didalam dunia kehidupan.
Saya punya seorang teman pada saat sekolah tidak terlalu menonjol secara akademis, dan hobbynya adalah naik motor kebut-kebutan. Sekarang dia mempunyai kehidupan yang luar biasa. Yang terjadi adalah pada saat kebut-kebutan temannya mengalami kecelakaan, dia menolong temannya pada saat dipangkuannya temannya meninggal, belum sempat ditolong oleh ambulance. Itu adalah titik balik temanku itu, sejak saat itu dia berhenti untuk kebut-kebutan motor, dan akhirnya sekarang menjadi orang yang berhasil.
Ada pengalaman anak teman saya, teman saya ini seorang pengusaha yang cukup lumayan besar. Tentunya sebagai orang tua dia menginginkan anaknya dapat melanjutkan usaha orang tuanya. Teman saya ini tidak mau memaksa anaknya untuk meneruskan usaha tersebut, tetapi pada suatu hari dia mengatakan bahwa dia mau melanjutkan usaha ayahnya, dengan senang hati ayahnya mulai membimbing. Pada suatu saat terlihat anaknya tidak mempunyai semangat lagi untuk bekerja. Akhirnya ayahnya mulai memberikan tanggung jawab yang lebih besar dan membiarkan anaknya bisa berkreasi, dan ternyata anaknya menjadi semangat dan usaha yang dipegangnya dapat bertumbuh.
Anak muda ingin dirinya tampil dan mempunyai tanggung jawab sehingga ada kebanggaan didalam dirinya bahwa dia dapat melakukan sesuatu, maka potensi dalam dirinya akan tumbuh. Pemaksaan tidak akan menimbulkan rasa kebanggaan pada anak karena dia merasa bukan seperti yang dia inginkan.

Campur tangan orang tua menjadi nomor 1
Sering sekali orang tua menginginkan anaknya menjadi nomor satu, maka anak tersebut diharuskan untuk les banyak hal. Ternyata anaknya tidak menjadi juara satu, akhirnya orang tuanya akan kecewa, demikian juga anaknya semakin kecewa. Keinginan menjadi nomor satu bukan atas kemauan sang anak dari dalam dirinya, melainkan dorongan dari luar.
Untuk menjadi nomor satu yang penting bukan tujuannya menjadi nomor satu tetapi prosesnya menjadi nomor satu itu yang lebih penting. Karena didalam proses menjadi nomor satu akan mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga didalam kehidupan. Tetapi kalau menjadi nomor satu dengan jalan pintas tidak ada hal yang dapat dipelajari didalam prosesnya.
Itulah yang sekarang ini banyak terjadi banyak orang menjadi nomor satu tetapi menggunakan jalan pintas secara pribadi mereka tidak tumbuh secara pribadi, mereka menghalalkan segala cara untuk menjadi nomor satu. Dorongan orang tua menjadi nomor satu dengan jalan pintas akan merusak kehidupan masa depan si anak sendiri.

Menikmati proses menjadi nomor satu
Saya percaya setiap anak mempunyai potensi didalam dirinya, kita sebagai orang tua perlu mendorong anak untuk menggali potensi dirinya. Tidak mudah dalam proses penggalian potensi diri, kita perlu kesabaran yang bukup tinggi. Tugas kita sebagai orang tua perlu mengarahkan dan memberikan wawasan dengan mengajarkan anak agar dapat memutuskan untuk dirinya sendiri, dengan demikian maka anak tersebut dapat mempunyai rasa percaya diri. Memberikan dukungan menjadi hal yang penting dalam meraih proses menjadi nomor satu. Karena didalam prosesnya banyak sekali rintangan yang akan dihadapi, ajarkan juga bahwa untuk menjadi nomor satu tidak harus mengalahkan orang lain, tetapi mengalahkan dirinya sendiri agar semua potensi dapat keluar dari dalam dirinya.
Saya sangat beruntung saya bertumbuh dilingkungan dimana orang tua saya memberikan kebebasan untuk memilih walaupun didalam memberikan pelajaran ayah saya tergolong orang yang keras kalau kami melanggar prinsip. Ayah saya mengajarkan bagaimana saya harus bertanggung jawab, dengan memberikan tugas-tugas yang sederhana, disini saya belajar bahwa tanggung jawab diberikan dari hal hal kecil. Pelajaran ini ternyata bermanfaat pada saat saya sudah mulai membangun usaha.

Tidak ada komentar: