Selasa, 29 April 2014

Mindset orang sukses



Membaca buku mindset yang ditulis oleh Carol S. Dweck, Ph.D, adalah seorang researcher dibidang psychology yang cukup punya nama, dia banyak research dibidang personality, Psychologi sosial, dan Psychologi perkembangan. Pada saat saya mulai membaca buku tersebut alur cerita nya enak sekali di baca, berikut kasus-kasus dalam research yang dilakukan sangat menarik.
Setiap orang mempunyai kesempatan untuk berkembang dan menjadi orang yang sukses, pertanyaannya adalah mengapa banyak orang yang tidak sukses ? apa faktor yang menyebabkan orang tersebut menjadi sukses dan tidak sukses. Menurut Dr. Dweck ada dua macam mindset, fixed mindset dan growth mindset.
Waktu anak saya lelaki yang pertama di bawa ke Pshycholog, kemudian di test untuk menggambar muka orang, ternyata gambaran mukanya tidak simetri kemudian psycholog tersebut mengatakan bahwa bakat seni anak saya kurang bagus, karena melihat hasil gambar yang tidak simetri. Tetapi sekarang ini setelah 20 tahun kemudian, anak saya dapat membuat patung kepala dengan proporsi yang bagus, dan juga banyak lukisan yang di hasilkan cukup bagus. Pada saat saya membaca buku mindset tersebut, saya mulai flash back kembali kejadian 20 tahun yang lalu terhadap anak saya, dan anak saya di kategorikan sebagai growth mindset, karena melihat bahwa test yang dilakukan hanya menandakan bahwa pada saat itu dia belum bisa, dan bila mau berlatih maka semua bisa dilakukan.
Sebaliknya bagi mereka yang mempunyai fixed mindset akan mengatakan “ya, memang saya tidak mempunyai bakat untuk menggambar, jadi mengapa saya harus terus berlatih untuk menggambar”. Karena tidak pernah berlatih maka tentu saja dia tidak akan dapat menggambar.
Biasanya anak sekolah yang tidak naik kelas dianggap sebagai anak bodoh, tidak bisa mengikuti pelajaran dan tidak dapat di perbaiki untuk menjadi pandai, pemikiran semacam ini adalah pemikiran fixed mindset.
Marva Collins mengambil beberapa anak yang gagal di sekolah negeri kota Chicago dan memperlakukan mereka sebagai anak yang genius. Walaupun sebelumnya anak tersebut dianggap sebagai anak yang tidak bisa belajar, anak yang terbelakang, atau anak yang terganggu secara emosi. Yang intinya anak anak ini adalah anak yang tidak mempunyai harapan masa depan.
Collins mulai mengajarkan mereka dengan pelajaran sekolah dasar kelas dua dengan pelajaran membaca yang paling rendah. Ternyata hasilnya luar biasa, seorang anak yang waktu masuk berumur enam tahun dan di cap sebagai anak yang terbelakang, setelah empat tahun kemudian dia sudah membaca buku sebanyak 23 buku, selama liburan musim panas termasuk buku A Tale of Two City, dan Jane Eyre. Anak itu mengerti benar apa yang dia baca. Bahkan ada anak yang umurnya baru empat tahun dia bisa mengatakan “Mrs. Collins, kalau kami tidak belajar dan bekerja keras kita akan dibawa terbang oleh Icarian tidak kemana mana”.

Pelajaran yang didapat
Saya belajar banyak pada saat menghadapi orang, dahulu berpendapat bahwa anak ini harus dapat berkembang seperti apa yang saya pikirkan, karena membentuk orang itu seperti pemahat. Dengan sudut pandang seperti itu, saya tidak dapat melihat potensi orang yang ada didalam dirinya.
Pada saat saya mengubah sudut pandang saya, bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sekarang ini saya lebih banyak menggali kelebihan dari setiap orang yang ada di kantor saya, kemudian tugas saya adalah membantu orang tersebut untuk mengembangkan potensi dirinya yang ada.
Dengan mengubah sudut pandang growth mindset seperti ini, saya melihat banyak sekali team di Andal bertumbuh, mereka dapat berkarya yang sangat baik. Hasil dari pertumbuhan tersebut, saya melihat perkembangan perusahaan yang cukup pesat sekarang ini, dan tentunya sangat membanggakan.
Menurut saya buku mindset ini sangat bagus, bagi mereka yang tertarik untuk mengembangkan sumber daya manusia, baik di dalam pekerjaan maupun di dalam keluarga, buku ini sangat cocok sekali, banyak contoh kasus yang sangat menginspirasi.

Tidak ada komentar: